Triana Rahmawati, Perempuan Keren Dibalik Griya Schizofren

Di Indonesia terdapat banyak sekali masalah kesehatan masyarakat. Mulai dari gizi buruk, penyakit TBC (tuberculosis), kematian ibu, kematian anak, penyakit menular& tidak menular hingga gangguan jiwa.

Nah berbicara soal masalah gangguan jiwa, belum banyak masyarakat khususnya anak muda yang peduli dan berjuang untuk masalah tersebut.

Namun lain halnya dengan Triana Rahmawati (32 tahun). Seorang perempuan kelahiran Palembang lulusan UNS (Universitas Sebelas Maret, Surakarta) yang peduli akan Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK) khususnya orang terlantar.

Tak dimungkiri stigma negatif terhadap ODMK masih sering dijumpai dalam kehidupan sehari.

Stigma tersebut datang dari berbagai kalangan, mulai dari masyarakat hingga tenaga kesehatan sendiri.

Faktanya saat ini jumlah rumah sakit jiwa serta jumlah tenaga profesional di bidang kesehatan jiwa di Indonesia masih sangat kurang.

Dari kegelisahan tersebut, Triana yang masih kuliah di semester akhir merasa terketuk hatinya dan kemudian bersama koleganya mendirikan sebuah komunitas sosial bernama Griya Schizofren (Oktober 2014).

stigma tentang masalah kesehatan jiwa
sumber : @griya.schizofren

 

Mendirikan Griya Schizofren Sebagai Bentuk Kepedulian pada ODMK (Orang Dengan Masalah Kejiwaan)

Secara garis besar Griya Schizofren merupakan wadah kerelawanan untuk anak muda yang peduli pada ODMK.

Griya artinya rumah atau wadah untuk menampung kepedulian tersebut. Sedangkan schizofren berasal dari kata skizofrenia (salah satu penyakit mental yang menyebabkan penderitanya mengalami halusinasi, delusi dan perubahan perilaku).

Kemudian kata schizofren tersebut menjadi singkatan dari kata social, humanity and friendship.

Menariknya Triana tidak memiliki latar belakang ilmu psikologi. Ia lulus dari jurusan sosiologi UNS Surakarta. Namun Triana memiliki impian yang besar dan semangat dalam mempelajari ilmu seputar mental health.

Bersama kedua orang temannya, Febri dan Wulan, mereka berkeliling mencari panti yang berkenan untuk menerima dengan tangan terbuka.

Akhirnya Griya Schizofren bekerjasama dengan Griya PMI Peduli Solo. Tempat dimana ODMK Solo dirawat dan diberi tempat tinggal.

Griya PMI Peduli Solo berlokasi di kelurahan Mojosongo dan menampung ODMK yang terlantar hidup di jalanan tanpa keluarga atau yang terjaring Razia.

Di tahun 2017 sudah ada 200 ODMK yang terjaring baik di Solo maupun di luar Solo.

 

Perjuangan Triana dalam Mendirikan Griya Schizofren

Untuk mencapai sebuah impian tentu membutuhkan sebuah usaha yang kuat. Selama mengelola Griya Schizofren, Triana menghadapi berbagai tantangan berat.

Mulai dari masalah keuangan untuk membiayai operasional sehari-hari hingga masalah volunteer (sukarelawan) yang mangkir datang.

Di awal mendirikan Griya Schizofren, Triana sempat mendapatkan bantuan dana dari kampusnya berupa uang sebanyak Rp 7,5 juta.

Namun nyatanya masalah kesehatan mental merupakan masalah yang berkelanjutan sehingga membutuhkan dana yang kontinyu pula.

Triana pun tak ingin berhenti di tengah jalan dan memutar otak dengan cara merogoh uang dari sakunya sendiri. Termasuk menggunakan uang beasiswa yang ia peroleh.

Triana merupakan mahasiswa berprestasi dan lulus dengan predikat lulusan terbaik dari FISIP, UNS pada 2015.

Kemudian perempuan yang akrab disapa Tria ini memutuskan untuk berbisnis. Seperti membuat souvenir dan menjual makanan. Dan memanfaatkan keuntungannya untuk kebutuhan Griya Schizofren.

Seiring berjalannya waktu, akhirnya Triana menyadari bahwa uang bukanlah segalanya, selama kita memiliki keyakinan kuat akan kegiatan positif yang sedang kita jalankan, insyaAllah selalu akan ada jalan.

 

Triana Mendapatkan Support System yang Luar Biasa dari Keluarganya

Selain itu Triana juga sangat beruntung karena ia mendapatkan dukungan support system yang luar biasa dari orang terdekatnya (suami serta keluarganya).

Di saat Triana merasa Lelah, suaminya tetap mendorongnya dan membesarkan hatinya.

Sampai suatu waktu sang suami mendaftarkan triana pada program semangat ASTRA terpadu untuk SATU Indonesia Awards pada tahun 2017.

Program SATU Indonesia Awards merupakan program tahunan yang diinisiasi oleh PT. Astra Indonesia. Tbk

Qodarullah dari 3234 orang pendaftar, Triana terpilih sebagai satu dari tujuh penerima apresiasi satu Indonesia Awards.

triana rahmawati
sumber foto : satu-indonesia.com

 

Sekilas tentang Astra SATU Indonesia Awards

SATU Indonesia Awards merupakan apresiasi ASTRA yang diberikan kepada anak bangsa yang senantiasa memberi manfaat bagi masyarakat dalam lima bidang, yaitu : kesehatan, pendidikan, lingkungan, kewirausahaan, dan teknologi serta satu kategori kelompok yang mewakili lima kategori tersebut.

Saat ini Satu Indonesia Awards memasuki tahun pelaksanaan ke -14 sejak pertama kali diadakan pada tahun 2010.

Adapun syarat dan ketentuan penerima apresiasi SATU Indonesia Awards, antara lain :

  1. Berusia maksimal 35 tahun
  2. Individu atau kelompok (minimal 3 orang)
  3. Kegiatan harus orisinal
  4. Kegiatan sudah berlangsung minimal 1 tahun
  5. Belum pernah menerima penghargaan nasional/internasional
  6. Bukan karyawan grup ASTRA dan mitra SATU Indonesia Awards
  7. Dapat mendaftarkan orang lain yang memenuhi persyaratan dan ketentuan Indonesia SATU Awards
  8. Program yang diajukan tidak pernah menerima manfaat dari grup Astra
  9. Program yang diajukan selaras dengan aspek sustainability yang meliputi Environment, Social dan Governance (ESG).

 

Dibalik Kesulitan Pasti Ada Kemudahan

Sebagai pemenang apresiasi Satu Indonesia Awards pada kategori kesehatan, Triana mendapatkan hadiah uang sebesar 60 juta rupiah sebagai dana pengembangan kegiatan.

Dan uang tersebut, akhirnya ia gunakan untuk membuat sebuah program bernama volunteer scholarship.

Jadi volunteer yang sukarela bekerja di Griya Schizofren diberi tempat tinggal dan diberi biaya untuk sekolah.

Akhirnya program volunteer scholarship menjadi solusi bagi masalah tenaga kerja di Griya Schizofren yang selama ini menjadi salah satu masalah besar.

Tak dimungkiri, semua pasien yang dirawat di Griya Schizofren membutuhkan pendampingan dari para volunteer agar bisa menjadi berkembang lebih baik.

Kegiatan pendampingan biasanya dilakukan dengan cara menemani mengobrol, melakukan aktivitas harian, bernyanyi, menggambar, kegiatan melipat kertas, salat berjamaah dan masih banyak lagi.

Dan tentu saja kegiatan pendampingan ini juga melibatkan para anggota keluarga ODMK.

Kesimpulan

Dari sosok Triana Rahmawati kita bisa belajar, bahwa tidak ada usaha yang mengkhianati hasil.

Setelah melewati up and down, hingga saaat ini Griya Schizofren masih terus beroperasi.

Sebuah inspirasi yang luar biasa bagi semua masyarakat Indonesia terutama para anak muda yang memiliki kepedulian khusus pada masalah sosial.

Semoga akan muncul sosok wanita muda inspiratif Indonesia lainnya yang memiliki jiwa besar dan visi mulia seperti Triana Rahmawati.

Apabila tertarik dan ingin tahu lebih banyak tentang Griya Schizofren silahkan kunjungi akun instagramnya di @griya.schizofren

griya schizofren
sumber : IG @griya.schizofren

Tinggalkan komentar