Di tahun 2022 tepatnya tanggal 17 Agustus, seluruh bangsa Indonesia bersuka cita merayakan hari kemerdekaan Indonesia yang ke 77.
Mulai dari mengadakan upacara menaikkan bendera merah putih hingga ikut berpartisipasi dalam lomba khas 17an.
Namun tahukah Anda apa arti kemerdekaan yang sesungguhnya? Karena sebenarnya masih ada beberapa lapisan masyarakat yang belum benar-benar merasakan arti merdeka. Khususnya bagi para penyandang disabilitas dan OYPMK.
Apa itu OYPMK?
Tak dimungkiri masih banyak yang belum familiar dengan istilah OYPMK. OYPMK adalah istilah di bidang kesehatan yang artinya Orang Yang Pernah Mengalami Kusta.
Maka di hari Rabu, 24 Agustus 2022 KBR (Kantor berita Radio) bekerjasama dengan NLR Indonesia mengadakan sebuah acara webinar bertema Arti Kemerdekaan bagi OYPMK.
NLR Indonesia sendiri merupakan sebuah organisasi non pemerintah yang didirikan di Belanda pada tahun 1967. Saat ini NLR beroperasi di Mozambique, India, Nepal, Brazil dan Indonesia.
Faktanya Indonesia masih menempati urutan ketiga, sebagai negara dengan penyandang kusta terbanyak setelah India dan Brazil.
Per tanggal Data per 24 Januari 2022 Kementerian Kesehatan mencatat jumlah kasus kusta tedaftar sebesar 13.487 kasus dengan penemuan kasus baru sebanyak 7.146 kasus. (sumber : p2p.kemkes.go.id)
Webinar KBR tentang Apa Makna Kemerdekaan bagi OYPMK
Dipandu oleh Rizal Wijaya sebagai host, acara webinar KBR kali ini menghadirkan dua orang narasumber yaitu Dr. Mimi Mariani Rusli (Direktur Mimi Institute) dan Marsinah Dhede (OYPMK yang merupakan aktivis Difabel & Perempuan).
Mimi Institute merupakan sebuah institusi non profit yang memberikan edukasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan penyandang disabilitas.
Yang menarik Dr.Mimi merupakan seorang penyandang disabilitas, yang mengalami kebutaan pada usia 17 tahun. Selain itu beliau juga lulus dari dua universitas (Universitas Indonesia dan Leeds University, Inggris) hingga kemudian sempat menjadi dosen di salah satu universitas swasta di Jakarta (1991-2003). Luar biasa bukan?
Melalui Webinar KBR bertema Makna Kemerdekaan bagi OYPMK, mba Dhede menceritakan pengalaman pribadinya bahwa beliau pernah mengalami kusta ketika sedang berumur sekitar 8-9 tahun.
Kusta adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium Leprae. Kusta menyerang beberapa bagian tubuh diantaranya saraf dan kulit. Bila tidak ditangani kusta dapat sangat progresif menyebabkan kerusakan pada kulit,saraf-saraf, anggota gerak dan mata.
Suatu hari secara tak sengaja mba Dhede mendengar informasi tentang kusta dari radio dan kemudian menyadari bahwa dirinya terkena kusta. Waktu itu mba Dhede mengalami kulit yang menebal dengan bercak putih dan merasakan beberapa bagian kulit yang mati rasa.
Dengan inisiatif dan tingkat kesadaran yang tinggi Dhede kecil pun mengajak ibunya ke Puskesmas. Setelah diperiksa dan didiagnosa mengalami kusta, mba Dhede rutin menjalani pengobatan, mengkonsumsi obat selama 2 tahun penuh serta mendapat suntikan obat setiap satu minggu sekali.
Dan mba Dhede sangat beruntung karena keluarganya memahami dan memberi dukungan penuh.
Dalam hal ini dukungan keluarga sebagai support system terdekat sangatlah penting, tak dimungkiri dalam kehidupan sehari-hari penyandang OYPMK masih mendapatkan stigma dan perilaku yang negatif dari lingkungan sekitar.
Fakta Tentang Kusta
Fyi kusta ini tidak mudah menular seperti yang beredar di masyarakat selama ini.
Faktanya kusta bisa menular dengan kondisi apabila berinteraksi selama minimal 20 jam dalam kurun waktu 1 minggu berturut-turut. Itupun dengan catatan apabila orang yang mengalami kusta tersebut belum pernah berobat sama sekali.
Dan sebagai solusi bagi keluarga yang tinggal serumah dengan penyandang kusta, disarankan untuk mengkonsumsi obat Rifampicin dosis tunggal.
Rifampicin adalah obat anti biotik yang digunakan untuk mengobati dan mencegah beberapa penyakit akibat infeksi bakteri seperti tuberkolosis, termasuk lepra atau kusta.
Makna Merdeka bagi Marsinah Dhede Sebagai OYPMK
Menurut mba Marsinah Dhede, makna merdeka bagi OYPMK adalah ketika bisa bebas berbaur dengan orang banyak tanpa adanya diskriminasi atau setidaknya terminimalisir.
Dr. Mimi pun menambahkan bahwa salah satu contoh belum merdeka yaitu ketika para penyandang disabilitas belum memperoleh fasilitas yang nyaman. Contohnya saat menggunakan sarana transportasi, atau saat jalan kaki di trotoar.
Termasuk ketika tidak bisa mengakses dengan bebas informasi mengenai Undang-undang yang membahas tentang disabilitas.
Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan yang disampaikan oleh kedua narasumber di acara webinar yang bisa diakses lewat Youtube serta 105 jaringan radio di seluruh Indonesia tersebut, diperoleh beberapa poin penting terkait OYPMK dan disabilitas, antara lain :
- Masih kurangnya serta kelirunya informasi tentang kusta dan disabilitas. Mba Dhede mengungkapkan bahwa konsep disabilitas itu bukanlah rusak atau cacat melainkan bagaimana cara berinteraksi dengan mereka. Noted!
- Perlu adanya affirmative action. Seperti diberikan skill dan dukungan Pendidikan. Termasuk dukungan pemerintah dalam menyediakan lapangan kerja. Mengacu pada Undang-undang no 8 tahun 2016 disebutkan bahwa, BUMN wajib membuka lowongan kerja bagi penyandang disabilitas minimal sebanyak 2% dari total jumlah pegawai. Sedangkan untuk perusahaan swasta, minimal sebesar 1% dari total jumlah pegawai.
- Dukungan dari keluarga memiliki peran yang sangat besar dan sangat penting karena hal tersebut dapat membangun motivasi diri menjadi lebih kuat sehingga lebih mampu dalam menghadapi berbagai stigma negatif dari lingkungan sekitar.
- Harus ada dukungan sosial dari pemerintah. Baik itu berupa sekolah inklusi ataupun adanya dukungan berupa pengobatan gratis di Puskesmas. Salah satu Langkah nyata yang bisa direalisasikan yaitu adanya penyandang OYPMK yang dilibatkan sebagai pendamping Nakes di puskesmas.
- Betapa pentingnya konsultasi dan edukasi dari pihak rumah sakit mengenai risiko penyakit yang dialami seorang disabilitas serta bagaimana cara untuk menjalani hidup setelahnya. Dalam hal ini Mimi Institute hadir sebagai Lembaga non profit yang memberikan dukungan penuh terhadap penyandang disabilitas. Mimi Institute rutin mengadakan berbagai pelatihan seperti kursus bahasa isyarat, kursus calistung, educational service untuk disabilitas dan masih banyak lagi.
- Bagi OYPMK atau disabilitas sebaiknya belajar bersosialisasi dengan mulai keluar dari rumah dan ambillah bagian di masyarakat. Karena semuanya harus dimulai dari diri sendiri dengan tak lupa ajak keluarga untuk ikut memahami.
Edukasi yang tepat dan berkesinambungan diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi masyarakat bagaimana hidup berdampingan dengan OYPMK atau orang disabilitas sehingga tercipta harmoni yang selaras.
Mantap kak. Terima kasih banyak atas informasinya sangat bermanfaat.